Entah apa yang terjadi, pagi ini terasa aneh. Kurasa hari ini akan kulewati dengan keganjilan - keganjilan yang lainnya. Tapi, tetap ibuku masih ibu yang seperti dulu hangat, selalu menyapa di setiap pagi, menghidangkan makanan dengan rapi dan penuh senyum. Begitu juga ayah, ia selalu bersemangat setiap hari tak ada raut lesu yang tampak di wajahnya. Selalu ada motivasi yang ia utarakan setiap pagi kepadaku dan ibu. Meskipun, aku tahu mereka berdua juga mempunyai banyak masalah.
Ayah dan ibu selalu tersenyum di hadapanku, karena itu aku juga akan selalu tersenyum di hadapannya. Tapi kali ini, tak bisa aku sembunyikan raut muka kebingungan. Entah apa yang harus aku lakukan sekarang ini. Dan tanpa kusadari ayah dan ibu sedari tadi melihatku. Memperhatikanku yang sedari tadi memasang wajah gelisah.
"Ara, kalau kamu punya masalah. Sebaiknya ungkapkanlah! Jangan kau pendam sendiri." Kata Ayahku menasihati
"Yah, anu..." Jawabku gagap
"Ada apa memangnya Araku sayang?" Timpal ibuku penuh dengan kehangatan
"Mah, anu... Ara..." Jawabku bingung
"Kenapa sayang?" Ibu kembali bertanya
"Eh enggak, Ara cuma mau bilang hari ini ara ada janji sama Ali mau ngerjain tugas bareng. Jadi pulangnya agak telat mah." Jawabku bohong
"Ya ampun Ara sayang, begitu saja kamu bilangnya susah sekali. Pake acara anu anu segala, nggak kaya biasanya. Ya nggak papa, Ara. Biasanya aja kalo pulang telat, kamu cuma nelpon doang. Hari ini kamu aneh sekali, Ra."
"Eh, enggak kok mah. Ara nggak aneh. Beneran deh, hari ini Ara mau ngerjain tugas di rumahnya Ali. Sama temen - temen yang lain juga." Jawabku sedikit bohong tapi memang ada tugas yang harus aku selesain dengan Ali tapi tidak dengan teman - teman yang lain.
"Ya sudahlah kalo begitu adanya. Ayah hanya bisa berpesan hati - hati dan janfan sampe pulang malem. Sebelum maghrib sudah sampe rumah. Inget itu, Ra!" Timpal ayah menasihati
"Siap Ayah! Ayah memang ayah yang paling ganteng deh." Rayuku kemudian menghilangkan sejenak keanehan itu.
"Wah, muncul lagi Ara yang Ayah kenal. Pintar merayu." Canda Ayahku
Aku hanya cengengesan mendengar jawaban ayah yang penuh dengan senyum manis. Ayah dan ibu memang selalu begitu. Mengerti keadaan sang putri tercintanya. Dan karena kebaikan dan keramahan mereka di keluarga ini, aku sangat sayang sekali dengan mereka. Tak ada yang menandingi rasa sayangku pada mereka.
***
Jam pun sudah menunjukan pukul 06.05 , itu artinya aku harus berangkat sekolah. Dan Ayah harus berangkat kerja. Sebenarnya, setiap pagi ayah selalu mengantarku ke sekolah tapi kali ini aku hanya ingin berangkat sendiri.
Menyusuri jalan kota menggunakan angkot dengan keadaan bising dan super padat serta polusi yang mengganggu membuatku berpikir adakalanya lebih memilih diantar ayah pergi ke sekolah. Hal ini membuatku pengap dan susah bernafas, apalagi keadaan di angkot yang penumpang sudah penuh tapi pak sopir tetap saja memasukan penumpang lagi.
Keadaan penuh dengan polusi dan kebisingan. Pengendara motor yang seenaknya saja menyelinap diantara keramaian mobil, penjual koran yang sudah sedari pagi bolak - balik menyusuri sela jalan menjajakan koran update hari ini, tiba - tiba saja sekelebat angin muncul melesat menyusuri sela jalanan yang kosong. Mengacaukan jalanan yang sedari tadi padat tak merayap. Dedaunan yang jatuh di jalan berterbangan entah kemana arahnya. Membuat semua orang berhenti melakukan aktivitasnya. Entah itu yang sedang berjualan koran, entah itu yang sedang bertugas mengatur lalu lintas, entah itu para sopir angkot ini, entah itu penumpangnya. Tapi anehnya, semua itu seakan diam sejenak dan tak bergerak seperti boneka. Ini seperti kejadian yang ada di film - film animasi action. Dunia seakan berhenti melakukan aktivitasnya hanya orang yang mempunyai kekuatan besar dan membuat kejadian inilah yang masih bisa melakukan kegiatan yang mereka inginkan.
Aku seakan melihat jelas kekuatan menakjubkan ini. Dan disini hanya akulah yang masih bisa melihat, mendengar, mengerjakan apapun yang aku inginkan. Kekuatan besar seperti halnya yang aku miliki tapi beda pengaplikasiannya.
***
Tak sadar dengan waktu yang terus berjalan, aku baru sadar kemudian setelah melihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 06.40 , membuat serasa ingin menghilang dan cepat berada di sekolah. Tak ingin aku dihukum oleh guru yang paling killer di sekolah. Memang sudah tugasnya mengatur kedisiplinan sekolah, mengatur murid - murid yang terlambat. Sekalinya dia melihat ada siswa yang terlambat masuk, langsung pasang muka tajam menusuk pikiran para siswa. Karenanya semua siswa agak takut dengannya, tapi sebenarnya dia itu adalah guru yang paling baik dan adil. Saat mengajar dan memberikan skor nilai, dialah yang paling subjektif. Tak memandang asal usul siswa, terkenal atau tidaknya siswa, cantik atau gantengnya siswa. Dia adalah salah satu guru favoritku dan guru yang paling dituakan disini. Aku selalu senang melihatnya tersenyum, jarang - jarang ia tersenyum. Sekalinya senyum, bagai kopi pahit tak jadi pahit karena sudah diberi manis senyumnya.
"Ah, gawat. Bisa telat kalo begini jadinya. Gimana inih? Mana ini mobil gak jalan - jalan. Pengen banget rasanya menghilang" Celotehku sendiri tak ada yang menyadari
"Ya allah, aku pengen langsung nyampe sekolah. Biar gak dihukum, Bismillahirahmanirahim." Berdoa ala siswa yang sedang panik dan tidak menghiraukan logika dengan memejamkan mata
Aneh, setelah membuka mata dan melihat sekelilingku. Keadaan sudah berubah, bukan lagi di dalam angkot yang pengap dan berdesakan. Masih di dalam sebuah ruangan namun bukan angkot tadi. Masih pengap dan memang tidak berdesakan. Tapi, ruangan ini agak berbau menyengat. Setelah kusadari, sepertinya aku mengenal ruangan ini. Dan ternyata apa? Ini adalah toilet sekolahku, aku tahu persis. Dan pagi hari begini, tentu petugas pembersih belum menyambangi toilet. Karenanya bau menyengat itu terasa sekali.
"Ah sudahlah, waktunya masuk kelas. Hal ini aku pikirkan lain kali aja. Pusing kalo dipikirin terus tuh. Jadi belibet banget" Pikirku seketika dan langsung keluar toilet menuju kelas ternyamanku karena bel peringatan masuk sudah berbunyi
***
Waktu pelajaran berlangsung, tapi konsentrasiku bukan masalah pelajaran. Hal aneh yang datang bertubi - tubi membuatku semakin risau. KOK BISA, aku sekejap mata telah berada di toilet sekolah. Padahal aku sadar masih ada di dalam angkot dan melihat kejadian aneh itu berlangsung dengan sekejap. Semua seakan terhenti dan orang yang melesat dengan kecepatan roket. Dan ditambah lagi aku yang hanya memejamkan mata telah berada di toilet sekolah. Pagi hari ini sudah sangat menguras pikiranku. Belum juga pelajaran pertama selesai, sudah sangat melelahkan.
"Eh, Ra. Lu kenapa? Bengong, diem kaya orang cengo luh!" Tangan Ali menggoyahkan tanganku yang sedang kaku menopang dagu.
"Aduh Ali sakit tahu. Lu mah nyenggol nyenggol gak kompromi. Untung kepala gue gak kepentok meja." Balesku jutek
"La elu, dari tadi bengong mulu. Biasanya lu lancar nulis setiap pelajaran. La ini cuma diem aja, kaya ulet nyampe pelajaran selesai." Klaimnya membela diri
"Kaya ulet? Lu kali yang kaya ulet. Enak aja lu ngatain gue kaya ulet."
"Emang kenape sih luh? Kaya banyak pikiran. Barangkali gue bisa bantu, Ra?" Usul Ali dengan bijaknya
"Gak tahu ah, Li. Banyak kejadian aneh - aneh belakangan ini. Kamu masih inget kakek - kakek yang waktu itu kan?" Tanyaku meyakinkan kembali
"Iya inget banget, Ra. Emang ada apa dengan si kakek - kakek itu? Dan apa hubungannya dengan kejadian aneh belakangan ini?" Tanya Ali antusias dengan gayanya yang super kepo
"Gue pikir, si kakek itu bukan kakek biasa Li. Karena semenjak kedatangannya, kejadian aneh pun muncul berturut - turut."Jawabku menjelaskan
"Kejadian aneh macam apa menurutmu, Ra?"
"Lu jangan shock ya! Masa setelah kakek itu datang gue merasa punya kekuatan hebat gitu ya, Li. Gue bisa mindahin barang tanpa menyentuhnya, bisa ngebaca pikiran orang, dan tadi gue bisa ngilang Li. Coba lu bayangin? Di dunia ini, di negeri ini, di jaman ini. Apa masih ada yang semacam itu? Itu mustahil, Li. Gue heran, it's suspicious."Jelasku ke Ali
Tapi Ali tidak menunjukkan tampang shock, heran atau apapun.
***